PASOLA, RITUAL PERANG SADIS NAMUN BERSAHABAT

Halo selamat siang dari area Pasola, di Wainyapu, Sumba Barat Daya. Huaaaaaa…. suasana di sini rame bin meriah banget ! Seperti semua orang menuju titik ini untuk menyaksikan event yang cuma terjadi setahun sekali ini ! Yay! (lagi-lagi) Devmin beruntung bisa menyaksikan langsung event langka ini ! “Devmin, Pasola itu apa sih ?

Ratusan Kuda AKan Ramaikan Festival Pasola 2020 di Sumba

Baiklah, Devmin bakal jabarin secara simpel tentang Pasola. Pasola adalah ritual perang adat yang dilakukan menggunakan kuda dengan senjata berupa tombak kayu. Para penunggang kuda adalah laki-laki pilihan dari kecamatan Wainyapu, Kodi Balaghar. Para penunggang biasanya menggunakan ikat kepala yang di sebut kapouta dan kain tenun dipakai menyerupai sarung. “Perang” ini di bagi menjadi 2 kubu. Dimana keduanya akan saling melemparkan tombak kayu dengan kekuatan penuh sembari menunggang kuda dengan cepat. Apabila tombak mengenai lawan, disitulah akan terdengar sorak sorai para pengunjung. Asli ! Itu kalo kena bisa memar bahkan luka serius loh tapi para penonton malah kegirangan. Devmin pribadi mengkategorikan event ini SANGAR dan MAGIS !

Event ini tidak hanya di hadiri oleh warga lokal saja tapi wisatawan mancanegara pun bejibun. Jadi jangan heran kalau banyak orang asing hadir di event ini baik untuk sekedar melihat atau meliput untuk media internasional. Jadi sebagai orang Indonesia kita patut berbangga!

Menurut masyarakat setempat, ritual Pasola biasanya merupakan cerminan sukses atau gagalnya hasil panen di tahun mendatang. Pasola hanya diadakan setahun sekali. Terdapat dua kabupaten yang mengadakan Pasola, yaitu Sumba Barat dan Sumba Barat Daya.

Pasola sendiri biasanya diadakan pada minggu kedua bulan Februari dan Maret setiap tahunnya. Namun tidak ada kepastian dalam penetapan tanggal. Pasola akan diadakan berdasarkan perhitungan peredaran bulan di langit dan ditandai dengan nyale. Tanda-tanda nyale adalah munculnya sejenis cacing laut di pesisir pantai. Apabila nyale telah terlihat keberadaannya maka di hari selanjutnya akan diadakan ritual atau festival Pasola.

Pasola sendiri tidak hanya dipandang sebagai sebuah pesta keramaian. Namun, lebih kepada rasa syukur dan pengabdian kepada para leluhur. Walaupun kedua kubu terlihat saling berperang, tradisi Pasola sebenarnya adalah perekat jalinan kekerabatan, baik antar peserta Pasola maupun masyarakat umum.